Nama : Jesika
NPM : 10208679
Kelas : 3EA10
PERBEDAAN KARANGAN ILMIAH, SEMI ILMIAH, DAN NON ILMIAH
A. Latar Belakang
“Suatu karangan atau tulisan yang diperoleh sesuai dengan sifat keilmuannya dan didasari oleh hasil pengamatan, peninjauan, penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu dengan sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isinya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya/ keilmiahannya.”—Eko Susilo, M. 1995:11.
Kalau kita mendengar kata mengarang, itu tidak asing di telinga kita, karena dari SD, SMP sampai SMA mengarang adalah pelajaran paporit yang paling digemari oleh kita karna dengan mengarang kita bisa bercerita apa saja.
Mengarang menurut bahasa adalah orang yang sedang membuat karangan, sedangkan karangan adalah hasil karya tulisan yang di buat seseorang, dan hasil karya tersebut berasal dari pengalamanya atau pengalaman orang lain atau bisa juga hasil proses pemikiran atau ide dari sipenulis yang ingin di sampaikan kepada si pembaca.
B. Masalah
Karangan merupakan karya tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikanya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami. Ada 2 macam karangan yaitu karangan berdasarkan penyajian dan karangan berdasarkan jenisnya.
· Karangan berdasarkan penyajiannya :
1. Karangan narasi
2. Karangan argumentasi
3. Karangan eksposisi
4. Karangan persuasi
· Karangan berdasarkan jenisnya :
1. Karangan ilmiah
2. Karangan semi ilmiah
3. Karangan non ilmiah
C. Isi
KARANGAN ILMIAH
Karangan ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar. Karangan ilmiah harus ditulis secara jujur dan akurat berdasarkan kebenaran tanpamengingat akibatnya. Kebenaran dalam karangan ilmiah itu adalah kebenaran yang objektif-positif, sesuai dengan data dan fakta di lapangan dan bukan kebenaran yang normatif.
A. Ciri-ciri Karangan ilmiah
Karangan ilmiah mempunyai beberapa ciri, antara lain:
1. Kejelasan.
Artinya semua yang dikemukakan tidak samar-samar, pengungkapan maksudnya tepat dan jernih.
2. Kelogisan.
Artinya keterangan yang dikemukakan masuk akal.
3. Kelugasan.
Artinya pembicaraan langsung pada hal yang pokok.
4. Keobjektifan
Artinya semua keterangan benar-benar aktual, apa adanya.
5. Keseksamaan
Artinya berusaha untuk menghindari diri dari kesalahan atau kehilafan betapapun kecilnya.
6. Kesistematisan
Artinya semua yang dikemukakan disusun menurut urutan yang memperlihatkan kesinambungan.
7. Ketuntasan.
Artinya segi masalah dikupas secara mendalam dan selengkap-lengkapnya.
B. Syarat Karangan Ilmiah
Suatu karangan dari hasil penelitian, pengamatan, ataupun peninjauan dikatakan ilmiah jika memenuhi syarat sebagai berikut :
1. Penulisannya berdasarkan hasil penelitian;
2. Pembahasan masalahnya objektif sesuai dengan fakta;
3. Karangan itu mengandung masalah yang sedang dicari pemecahannya;
4. Baik dalam penyajian maupun dalam pemecahan masalah digunakan metode
tertentu;
tertentu;
5. Bahasa yang digunakan hendaklah benar, jelas, ringkas, dan tepat sehingga tidak terbuka kemungkinan bagi pembaca untuk salah tafsir (dihindarkan dari penggunaan bahasa yang maknanya bersifat konotasi/ambigu).
Melihat persyaratan di atas, seorang penulis karangan ilmiah hendaklah memiliki
ketrampilan dan pengetahuan dalam bidang :
ketrampilan dan pengetahuan dalam bidang :
1. Masalah yang diteliti,
2. Metode penelitian,
3. Teknik penulisan karangan ilmiah,
4. Penguasaan bahasa yang baik.
C. Bentuk Karangan Ilmiah
· Makalah
Makalah ialah karya tulis ilmiah yang menyajikan masalah atau topik dan dibahas
berdasarkan data di lapangan atau kepustakaan; data itu bersifat empiris dan objektif. Jumlah halaman untuk makalan minimal 10 halaman.
Ada dua macam makalah atau kertas kerja:
(a) makalah riset/makalah referensi/makalah perpustakaan
· Riset praktis adalah KTI yang ditulis dengan mencari informasi-informasi yang telah terekam dari mana saja, lalu diolah kembali dengan analisis, sintesis dan interpretasi yang baru.
· Riset orijinal atau asli adalah KTI yang membangun pengetahuan baru dan menjadi informasi baru bagi setiap orang dengan telah mengadakan riset praktis terlebih dahulu, yang kemudian diikuti dengan pengumpulan data empiris di lapangan. Ada dua macam riset asli menurut pendekatannya, yaitu yang berpendekatan kuantitatif dan kualitatif.
Riset asli dengan pendekatan kuantitatif
Ditulis menurut pendekatan deduktif-induktif. Artinya secara deduktif penulis merumuskan dugaan-dugaan sementara atau hipotesis setelah didukung dengan penelitian praktis, yaitu pada saat melaksanakan kajian pustaka. Dugaan sementara itu melibatkan variable-variabel yang dapat diukur dan dinyatakan dengan angka-angka. Hipotesis itu lalu diuji dengan empiris dengan bantuam prosedur statistik.
Riset asli dengan berpendekatan kualitatif
Digunakan terutama untuk memahami persoalan sosial atau persoalan yang dihadapi umat manusia dengan membangun sebuah gambaran keadaan dengan kompleks dan holistik dalam bentuk cerita. Di dalam cerita itu pandangan responden dilaporkan dengan rinci, demikian pula dengan latar alamiah tempat data diperoleh. KTI riset kualitatif dikembangkan secara induktif. Pandangan responden menjadi komponen yang sangat dominan dalam substansi KTI riset kualitatif. Hal ini berbeda dari substansi KTI riset kuantitatif yang dicetuskan dari identifikasi dan rumusan masalah yang dibuat oleh peneliti.
(b) makalah kritis.
Dalam kajian ilmiah, kritis berarti tindakan untuk membuat keputusan yang dapat memilah-milahkan, menilai, atau membuat interpretasi tentang kejadian atau sebuah karya dalam dunia seni, sastra, filsafat, sosial, sains dan sebagainya. Tidak jarang makalah kritis adalah makalah yang kontroversial karena makalah kritis itu memberi evaluasi atas sebuah karya. Tidak selamanya pencipta karya dan pendukungnya dapat menerima evaluasi yang kurang menyenangkan. Untuk menghindari kontroversi yang tak sehat, penulis perlu jujur secara intelektual; menghindari ungkapan-ungkapan yang emosional; tidak menyampaikan informasi yang hanya benar sebagian, dan menjaga jalan pikiran dengan teratur.
· Kertas kerja
Kertas kerja ialah karya tulis ilmiah yang bersifat lebih mendalam daripada makalah dengan menyajikan data di lapangan atau kepustakaan; data itu bersifat empiris dan objektif. Jumlah halaman untuk kertas kerja minimal 40 halaman.
· Skripsi
Skripsi ialah karya tulis ilmiah yang mengemukakan pendapat penulis berdasarkan pendapat orang lain (karya ilmiah S I). Karya ilmiah ini ditulis untuk meraih gelar sarjana. Langsung (observasi lapangan) skripsi tidak langsung (studi kepustakaan). Jumlah halaman untuk skripsi minimal 60 halaman
· Tesis
Tesis ialah karya tulis ilmiah yang mengungkapkan pengetahuan baru dengan melakukan pengujian terhadap suatu hipotesis. Tesis ini sifatnya lebih mendalam daripada skripsi (karya ilmiah S II). Karya ilmiah ini ditulis untuk meraih gelar magister. Jumlah halaman untuk Tesis minimal 80 halaman
· Disertasi
Disertasi ialah karya tulis ilmiah yang mengemukakan teori atau dalil baru yang dapat
dibuktikan berdasarkan fakta secara empiris dan objektif (karya ilmiah S III). Karya ilmiah ini ditulis untuk meraih gelar doktor. Jumlah halaman untuk Disertasi minimal 250 halaman.
D. Ragam ilmiah
Bahasa ragam ilmiah merupakan ragam bahasa berdasarkan pengelompokkan menurut jenis pemakaiannya dalam bidang kegiatan sesuai dengan sifat keilmuannya. Dalam penggunaanya, ragam ilmiah harus memenuhi syarat diantaranya benar (sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia baku), logis, cermat dan sistematis.
Adapun ciri-ciri yang terlihat pada ragam ilmiah, antara lain, seperti berikut ini:
· Pertama, baku. Struktur bahasa yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia baku, baik mengenai struktur kalimat maupun kata. Demikian juga, pemilihan kata istilah dan penulisan yang sesuai dengan kaidah ejaan.
· Kedua, logis. Ide atau pesan yang disampaikan melalui bahasa Indonesia ragam ilmiah dapat diterima akal.
Contoh: “Masalah pengembangan website harus kita tingkatkan.”
Ide kalimat di atas tidak logis. Pilihan kata “masalah’, kurang tepat. Pengembangan website mempunyai masalah kendala. Tidak logis apabila masalahnya kita tingkatkan. Kalimat di atas seharusnya “Pengembangan website harus kita tingkatkan.”
Ide kalimat di atas tidak logis. Pilihan kata “masalah’, kurang tepat. Pengembangan website mempunyai masalah kendala. Tidak logis apabila masalahnya kita tingkatkan. Kalimat di atas seharusnya “Pengembangan website harus kita tingkatkan.”
· Ketiga, kuantitatif. Keterangan yang dikemukakan pada kalimat dapat diukur secara pasti.
Perhatikan contoh ini : “Pemegang jabatan tinggi di perusahaan itu “kebanyakan” lulusan Universitas Gunadarma.” Arti kata kebanyakan relatif, mungkin bisa 5, 6 atau 10 orang. Jadi, dalam tulisan ilmiah tidak benar memilih kata “kebanyakan” kalimat di atas dapat kita benahi menjadi “Pemegang jabatan tinggi di perusahaan itu lima diantaranya adalah lulusan Universitas Gunadarma.”
· Keempat, tepat. Ide yang diungkapkan harus sesuai dengan ide yang dimaksudkan oleh pemutus atau penulis dan tidak mengandung makna ganda. Contoh: “Komputer laboratorium yang sudah rusak itu sedang diperbaiki.” Kalimat tersebut, mempunyai makna ganda, yang rusaknya itu mungkin komputer, atau mungkin juga laboratorium.
· Kelima, denotatif yang berlawanan dengan konotatif. Kata yang digunakan atau dipilih sesuai dengan arti sesungguhnya dan tidak diperhatikan perasaan karena sifat ilmu yang objektif.
· Keenam, runtun. Ide diungkapkan secara teratur sesuai dengan urutan dan tingkatannya, baik dalam kalimat maupun dalam alinea atau paragraf adalah seperangkat kalimat yang mengemban satu ide atau satu pokok bahasan.
E. Manfaat Karangan Ilmiah
Penyusunan karangan ilmiah memberikan manfaat yang besar sekali, baik bagi penulis maupun bagi masyarakat. Menurut Sikumbang (1981 1:2-5), sekurang-kurangnya ada enam manfaat yang diperoleh dari kegiatan tersebut, yang intinya adalah sebagai berikut :
· Penulis akan terlatih mengembangkan keterampilan membaca yang efektif karena sebelum menulis karangan ilmiah, ia mesti membaca dahulu ke perpustakaan yang ada relevansinya dengan topic yang akan di bahas.
· Penulis akan terlatih menggabungkan hasil bacaan dari berbagai buku sumber, mengambil sarinya, dan mengembangkannya ke tingkat pemikiran yang lebih matang.
· Penulis akan berkenalan dengan kegiatan perpustakaan, seperti mencari bahan bacaan dalam catalog pengarang atau catalog judul buku.
· Penulis akan dapat meningkatkan keterampilan dalam mengorganisasikan dan menyajikan fakta secara jelas dan sistematis.
· Penulis akan memperleh kepuasan intelektual
· Penulis turut memperluas cakrawala ilmu pengetahuan masyarakat.
KARANGAN SEMI ILMIAH
Karangan semi ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta pribadi dan ditulis menurut metodologi penulisan yang benar. Sebagian ahli bahasa membedakan dengan tegas antara karangan semiilmiah ini dengan karangan ilmiah dan nonilmiah. Finoza (2005:193) menyebutkan bahwa karakteristik yang membedakan antara karangan semiilmiah, ilmiah, dan nonilmiah adalah pada pemakaian bahasa, struktur, dan kodifikasi karangan. Jika dalam karangan ilmiah digunakan bahasa yang khusus dalam di bidang ilmu tertentu, dalam karangan semiilmiah bahasa yang terlalu teknis tersebut sedapat mungkin dihindari. Dengan kata lain, karangan semiilmiah lebih mengutamakan pemakaian istilah-istilah umum daripada istilah-istilah khusus. Jika diperhatikan dari segi sistematika penulisan, karangan ilmiah menaati kaidah konvensi penulisan dengan kodifikasi secara ketat dan sistematis, sedangkan karangan semiilmiah agak longgar meskipun tetap sistematis. Dari segi bentuk, karangan ilmiah memiliki pendahuluan (preliminaris) yang tidak selalu terdapat pada karangan semiilmiah.
Ciri Karangan semi ilmiah antara lain :
· Ditulis berdasarkan fakta pribadi
· Fakta yang disimpulkan subjektif
· Gaya bahasa formal dan popular
· Mementingkan diri penulis
· Melebih-lebihkan sesuatu
· Usulan-usulan bersifat argumentative
· Persuasive
KARANGAN NON ILMIAH
Karangan non ilmiah adalah karangan yang menyajikan fakta pribadi tentang pengetahuan dan pengalaman dalam kehidupan.Karangan non ilmiah sangat bervariasi topik dan cara penyajiannya, tetapi isinya tidak didukung fakta umum.
Ciri karangan non-ilmiah
· Berdasarkan fakta pribadi
· Faktanya bersifat subyektif.
· Gaya bahasa konotatif dan popular
· Tidak memuat hipotesis
· Penyajian disertakan sejarah
· Imajinatif
· Situasi didramatisasi
· Persuasive.
D. Simpulan
Perbedaan Karangan ilmiah, semi ilmiah, dan non ilmiah
Karakteristik | Karangan Ilmiah | Karangan Semi Ilmiah | Karangan Non Ilmiah |
Sumber | Pengamatan, faktual | Pengamatan, faktual | Nonfaktual/rekaan |
Sifat | Objektif | Objektif dan Subjektif | Subjektif |
Bobot | Ilmiah | Semi Ilmiah | Non Ilmiah |
Alur | Sistematis, metodis | Sistematis, kronologis, kilas balik | Bebas |
Bahasa | Denotatif, baku, istilah | Denotatif dan konotatif, setengah resmi | Denotatif dan konotatif setengah atau tidak resmi, istilah umum atau resmi |
Bentuk | Argumentasi campuran | Eksposisi, persuasi, deskripsi, campuran | Narasi, deskripsi, campuran |
Berdasarkan karakteristik karangan ilmiah, semiilmiah, dan nonilmiah yang telah disebutkan di atas, yang tergolong dalam karangan ilmiah adalah laporan, makalah, skripsi, tesis, disertasi; yang tergolong karangan semiilmiah antara lain artikel, feature, kritik, esai, resensi; yang tergolong karangan nonilmiah adalah anekdot, dongeng, hikayat, cerpen, cerber, novel, roman, puisi, dan naskah drama.
E. Daftar Pustaka
valentz007.files.wordpress.com
0 komentar:
Posting Komentar