Kanker Otak

Senin, 26 Desember 2011

Penemuan Alat Pembasmi Kanker Otak oleh Ilmuwan MITI


Pendahuluan
Kanker otak adalah penyakit dari otak dimana sel-sel kanker (yang berbahaya) tumbuh dalam jaringan otak. Otak adalah bagian organ tubuh manusia yang memegang peranan penting dalam kehidupan. Otak merupakan pusat dari segala aktivitas, hingga yang sekecil-kecilnya. Otak menjalankan beribu-ribu aktivitas sekaligus dalam waktu yang bersamaan. Kanker otak adalah penyakit yang sangat berbahaya hingga berakhir dengan kematian. Selain mematikan, pengobatannya pun menelan biaya yang sangat besar.

Kanker Otak dan Pengobatan / Penyembuhan Kanker Otak
Pengobatan terhadap kanker, khususnya kanker otak, biasanya lebih susah dan lebih mahal dibanding pengobatan terhadap penyakit-penyakit lain.
Hal ini karena pengobatan terhadap kanker otak memerlukan teknologi dan metode terapi tersendiri. Adapun beberapa teknik pengobatannya kanker otak antara lain adalah melalui teknik-teknik berikut.

1. Pembedahan atau Operasi
Teknik ini biasanya dilakukan untuk mengambil sel-sel kanker yang sifatnya masih relatif jinak. Teknik operasi ini cukup berisiko karena bisa saja pengambilan sel kanker merusak sebagian jaringan sehat yang menempel pada bagian sel-sel kanker tersebut.
Akan tetapi, untuk beberapa kasus kanker, seperti kanker mulut rahim, laring, dan kulit, operasi yang memanfaatkan teknik bedah laser dapat menjadi solusi terbaik.

2. Radioterapi
Radioterapi merupakan pengobatan kanker otak dengan teknik radiasi. Bagian tubuh yang terserang kanker disinari radiasi partikel atau gelombang berenergi tinggi (umumya radiasi sinar beta dan sinar-X). Prinsip radioterapi adalah membunuh sel-sel kanker otak dengan radiasi berenergi tinggi tersebut.

3. Kemoterapi
Kemoterapi merupakan penggunaan obat antikanker yang dialirkan melalui aliran darah sehingga dapat mencegah sel-sel kanker untuk berkembang dan menyebar ke jaringan lain.
Teknik kemoterapi ini sering menimbulkan efek samping, seperti pengurangan daya tahan tubuh,diare, mual, muntah, kerontokan rambut, dan kekurangan oksigen dalam darah.

Pencegahan Kanker Otak
Terdapat beberapa usaha untuk mencegah terjangkitnya penyakit kanker, termasuk kanker otak, di antaranya adalah sebagai berikut.
  1. Membiasakan konsumsi makanan yang sehat dan cukup nutrisi (lengkap dengan sayur-sayuran dan buah-buahan serta mengurangi konsumsi lemak berlebihan).
  2. Tidak mengonsumsi atau mengurangi makanan yang diproses dengan pengasapan atau dimasak dalam suhu yang ekstra tinggi.
  3. Tidak merokok dan meminum minuman beralkohol.
  4. Tidak mengonsumsi obat-obatan kimia tanpa resep dokter.
  5. Membiasakan olah raga yang teratur, istirahat yang cukup, dan sesekali melakukan refreshing.
  6. Mengurangi kontak langsung dengan alat-alat yang mengeluarkan radiasi tinggi, misalnya handphone dan komputer.
  7. Memeriksakan diri ke dokter secara berkala, apalagi jika mengalami gejala-gejala tersebut.

Penemuan Alat Pembasmi Kanker Otak
Bogor (ANTARA) - Sekelompok ilmuwan CTech Laboratory, sebuah lembaga riset yang berafiliasi dengan Masyarakat Ilmuwan dan Teknolog Indonesia (MITI), berhasil menemukan alat pembasmi kanker otak.

"Ini sebuah terobosan di dunia kedokteran yang telah berhasil dilakukan ilmuwan Indonesia," kata pimpinan tim peneliti CTech Laboratory, Dr Warsito P. Taruno, melalui surat elektronik di Bogor, Jawa Barat, Senin.

Ia mencaat, "Ini pengembangan alat dari riset kami di bidang tomografi, setelah alat pembasmi kanker payudara, kami berhasil mendesain alat pembasmi kanker otak." Ia menyampaikan hal itu usai memberikan pemaparan dalam Temu Ilmiah Nasional Masyarakat Imuwan dan Teknolog Indonesia (Temilnas MITI) wilayah Sumatera Bagian Utara di Kampus Universitas Sumatera Utara, Medan.

Selain itu, dia pun mengemukakan, temuan tersebut menggunakan prinsip yang sama pada alat pembasmi kanker payudara, yaitu menerapkan metode radiasi listrik statis, temuan itu, kata dia, telah diujicoba oleh seorang pasien penderita kanker otak kecil.

"Alhamdulillah, setelah pemakaian dua bulan pasien dinyatakan sembuh total. Saya baru mendapat salinan hasil CT-Scan otak pasien oleh tim dokter rumah sakit," kata Ketua Umum MITI itu.

Kesuksesan tim dari CTech yang didukung oleh perusahaan Edwar Technology ini dipaparkan dalam forum pertemuan yang dihadiri tidak kurang dari 1.500 peserta dari berbagai kampus di Sumut, Sumatera Barat dan Aceh.

Dalam seminar yang juga menghadirkan mantan Menteri Negara Riset dan Teknologi (Menristek), Suharna Surapranata, dan staf pengajar Universitas Sumatera Utara (USU), Dr Yani Absah, Warsito menceritakan proses terapi dari pasien penderita kanker otak kecil (cerebellum) yang saat pertama datang dalam kondisi yang mengenaskan.

"Karena otak kecil sebagai pengendali sistem motorik tubuh, maka pasien sudah tak bisa menggerakkan seluruh ototnya. Dia hanya bisa terbaring dan tak mampu bergerak, termasuk menelan makanan atau minuman yang diasupkan ke mulutnya," katanya.

Tim peneliti kemudian merancang perangkat yang disesuaikan dengan diagnosis dokter.

Dalam terapi ini, Warsito menjelaskan, pihaknya memang bekerjasama dengan tim dokter ahli radiologi dan onkologi dari sebuah rumah sakit besar di Jakarta.

"Reaksi positif sudah kami peroleh dalam beberapa hari pemakaian. Pasien sudah bisa tersenyum dan sepekan kemudian sudah bisa menerima asupan makanan dan minuman dari mulutnya. Kondisi semakin membaik dalam waktu sebulan karena ia sudah bisa menggerakkan anggota tubuhnya. Dan, puncaknya, dua bulan setelah terapi, pasien dinyatakan sembuh total dari kanker otaknya," katanya.

Ia mengatakan, metode radiasi listrik statis berbasis tomografi ini, sepenuhnya hasil karya anak bangsa yang bakal menjadi terobosan dalam dunia kedokteran.

Selain akan merevolusi pengobatan kanker secara medis, kata dia, juga akan meminimalisasi biaya yang harus dikeluarkan pasien atau keluarganya.

"Yang pasti ini akan mengubah metode pengobatan yang selama ini menggunakan radiasi berisiko tinggi dan berbiaya mahal," katanya.

Warsito mengakui bila ini masih dalam taraf penelitian yang perlu dielaborasi lebih jauh. "Perlu kajian dan penelitian lebih lanjut. Mungkin ada hal-hal yang kami belum ketahui, khususnya dalam dunia medis," katanya.

Sementara, mantan Menristek Suharna Surapranata menyambut baik temuan dari tim CTech dan MITI ini.

Menurut dia, perlu kajian lebih lanjut dan partisipasi banyak pihak yang berkepentingan guna mendapatkan hasil yang lebih baik.

"Kalau mendengar paparan beliau, saya kira ini satu hal yang luar biasa dan perlu mendapat dukungan dari semua pihak, khususnya pemerintah. Juga para pemangku kebijakan dari bidang kesehatan agar hasil penelitian dan penemuan ini memberi manfaat seluas-luasnya kepada masyarakat Indonesia dan dunia," demikian Suharna Surapranata. (*)

Sumber : kanker otak

Etika Berbicara pada Anak

Senin, 19 Desember 2011
Etika Berbicara pada Anak Harus Sejak Dini

Sebenarnya, tayangan televisi sebenarnya sangat efektif untuk mengajarkan sopan santun pada anak. Namun, sangat disayangkan banyak sekali tayangan televisi yang disukai anak-anak misalnya film kartun yang digemari anak-anak mengajarkan ketidak senonohan ataupun ketidak sopanan. Misalnya kata-kata yang tidak pantas diucapkan seperti “Bodoh”, Goblok”, “Sialan” dsb.

Oleh karena itu, sopan santun sudah sepatutnya mulai diajarkan bahkan saat anak yang masih batita. Karena dengan mengajarkan etika anak jadi tahu apa yang sebaiknya dilakukan atau tidak dilakukan dalam berbagai kesempatan di dalam pergaulannya dengan anak-anak lain atau bahkan yang lebih tua.

Mengajarkan etika harus disesuaikan dengan usia anak. Tuntutan sopan santun buat anak sangat berbeda dengan orang dewasa. Cukup ajarkan hal-hal kecil yang bisa dilakukan anak di usia ini. Sikap sopan anak akan terbentuk dari pembiasaan yang dilakukan secara berulang-ulang dalam waktu yang lama. Untuk membentuk sikap sopan seorang anak, dapat dimulai dengan etika dalam berbicara, yaitu mendidik seorang anak untuk santun dalam berbicara.

1. Santun Berbicara
Agar anak memiliki sopan santun dalam berbicara kenalkan ia dengan 4 kata kunci  berikut ini:
  • Terima Kasih
Ajarkan anak mengucapkan terima kasih saat ia diberi pertolongan atau diberi sesuatu (misalnya hadiah) dari orang-orang. Dengan demikian anak-anak terbiasa menghargai orang lain. Hal-hal yang harus dilakukan jika anak tidak mau mengucapkan terima kasih:
  1. Jika anak masih sungkan untuk mengucapkan terima kasih, jangan segan untuk mengucapkan terima kasih atas nama anak. Jika ucapan yang didengar berkali-kali,anakpun belajar etika berterima kasih.
  2. Jika anak tetap tidak mau mengucapkan terima kasih ingatkan anak denga kata-kata yan halus akan tetapi yang harus diingat adalah hindari sikap mempermalukan anak di depan umum tetapi ingatkan pada saat anda dan anak anda tinggal berdua.
  3. Berikan teladan. Orang tua juga harus menunjukkan bahwa dirinya beradab bukan hanya menuntut anak berlaku sopan.

  • Tolong
Biasakan anak mengucapkan kata “Tolong” saat meminta bantuan orang lain. Misalnya saat minta diambilkan air,dibukakan pintu,diambilkan mainan dll. Jangan memaksa dalam mengajarkannya. Jika anak tidak mau mengatakan “Tolong” hindari menolak keinginan anak.
Anak hanya perlu diajarkan, bukan dipaksa. Lambat laun anak akan mengenal pentingnya mengucapkan kata “Tolong” jika meminta bantuan/pertolongan.

  • Maaf
Mengajarkan kata “maaf” dapat dimulai dari diri orang tua. Misalnya saat orang tua tidak sengaja menginjak mainan anak mintalah maaf kepadanya. Jangan segan-segan mengucapkan kata “Maaf” dengan demikian anak akan tahu bahwa dia harus mengucapkannya kala berbuat salah/Khilaf.

  • Permisi
Orang lain memiliki privasi yang perlu dihargai jadi jelaskan dan ajarkan pada anak bahwa ia harus mengetuk pintu dan mengucapkan permisi jika hendak masuk kamar orang lain. Berikan contoh dari tindakan sehari-hari,atau bisa juga mengajarkan pentingnya kata permisi dan reaksi positif dari lingkungan lewat bacaan atau dongeng karangan orangtua yang menceritakan bahwa tokoh yang di dalam dongeng selalu mengucapkan kata permisi kalau masuk kamar orang lain.

Sumber : pondokibu.com

Etika Yang Terlupakan

Rabu, 14 Desember 2011

9 Etika yang Penting Namun Terlupakan

 
Berhubung ini adalah tugas softskill "etika bisnis", jadi tulisan kali ini akan membahas tentang etika juga, yaitu "9 Etika Penting yang Penting Namun Terlupakan".

Pada era globalisasi ini, kehidupan yang makin penuh tuntutan membuat gaya hidup manusia semakin berubah. Bahkan beberapa hal sederhana yang dulu penting kini sering dilupakan.

Di tengah kesibukan dan nilai-nilai baru yang kita terima dari berbagai sumber, banyak hal kecil yang pelan-pelan ditinggalkan. Etika-etika ringan yang dulu penting, kini perlahan terlupakan atau bahkan sengaja disamarkan untuk kepentingan pribadi. Tentu saja Anda tak ingin dicap sebagai orang yang egois dan tidak peduli sekitar. Berikut ini adalah 9 contoh etika sederhana yang kini sudah terlupakan.

1. Maaf, terima kasih, tolong
Tiga kata ini sering kali lupa kita ucapkan kepada orang-orang di sekitar. Akan lebih baik menggunakan kata “tolong” saat meminta office boy, asisten rumah tangga, teman atau bahkan keluarga ketika kita ingin mereka melakukan sesuatu untuk kita. Begitu juga sesudahnya, kata terima kasih kerap lupa diucapkan. Memang kesannya sepele, tapi orang yang dimintai bantuan akan merasa lebih dihargai jika Anda mau mengucapkan tolong dan terima kasih.

Saat bersenggolan di pusat perbelanjaan atau tak sengaja menginjak kaki orang saat berhimpitan di bus, seringkali terlihat orang tersebut hanya berpaling tanpa mengucap kata maaf. Tak ada yang dirugikan saat kata maaf terucap, yang ada justru perasaan lebih tenang. Kata maaf merupakan kata yang simpel namun seringkali sulit diucapkan. Jangan termakan gengsi saat mengucap kata maaf. Itu bisa membantu Anda memperbaiki hubungan dengan orang lain atau membuat suasana menjadi lebih damai.

2. Menatap mata
Pemandangan umum saat ini adalah, seseorang menatap ponselnya ketika berbicara dengan orang lain. Usahakanlah untuk selalu menatap lawan bicara Anda saat sedang berbicara atau memberikan instruksi. Tunda sesaat aktivitas di handphone Anda ketika sedang berbicara dengan seseorang. Menatap lawan bicara akan membuat mereka merasa lebih dihargai. Jika memang respon di ponsel Anda tidak bisa ditunda, sebaiknya komunikasikan hal tersebut dengan lawan bicara. Katakan "Maaf saya harus menjawab SMS penting ini terlebih dahulu," dan setelah itu lanjutkan pembicaraan.

3. Menahan pintu
Ini tindakan yang sangat simpel yang menunjukkan Anda menghargai orang lain. Saat hendak keluar atau masuk melalui pintu, usahakan tahan pintu untuk orang di belakang Anda. Tindakan kecil ini menunjukkan Anda orang yang perhatian dan menghargai orang lain di sekitar.

4. Masuk lift
Bahkan di perkantoran mewah, pemandangan ini sering terjadi. Seseorang langsung masuk ke lift ketika belum semua orang di lift keluar. Tindakan seperti ini justru membuat proses keluar-masuk lift lebih lama karena ada orang yang terhalang untuk keluar. Sebaiknya, tunggu sampai semua orang keluar baru Anda masuk ke dalam lift. Dengan begitu semua orang nyaman dan tidak perlu ada orang yang kesal dan mengumpat karena terhambat jalan keluarnya.

5. Berikan tempat duduk
Sering kali penumpang yang masih sanggup berdiri terlihat menduduki kursi yang seharusnya bisa diberikan kepada yang lebih membutuhkan. Walau sejak sekolah dasar pelajaran ini sudah diberikan, tapi tetap saja masih banyak orang yang melupakannya. Wanita hamil, orang berusia lanjut, penyandang cacat, dan anak-anak sebaiknya diberikan prioritas untuk memperoleh tempat duduk. Bahkan di beberapa kendaraan umum sudah ada tanda untuk itu. Beberapa teman bahkan mengaku sering pura-pura tidur agar bisa tetap duduk walau ada yang lebih membutuhkan.

Posisikan diri Anda seperti orang tersebut, jika Anda merasa ingin duduk saat membawa bawaan berat, maka tak ada salahnya memberikan tempat duduk pada orang yang membawa bawaan berat saat bertemu di kendaraan umum.

6. Antre

Terburu-buru bukan alasan untuk memotong antrean dengan berbagai trik. Jika ada sekumpulan orang menunggu di depan lift, Anda tak bisa semena-mena menyerobot ke depan untuk mendapat giliran masuk. Bukan hanya Anda di dunia ini yang terburu-buru. Hargailah orang lain di sekitar. Anda tentu kesal jika antrean Anda diserobot. Jangan melakukan hal yang sama pada orang lain.

7, Memperkenalkan teman
Adakalanya kita lupa mengenalkan teman kita dengan teman baru saat bertemu di suatu tempat. Jika Anda pergi dengan ibu, lalu bertemu teman, kenalkanlah ibu Anda kepada teman. Begitu juga ketika Anda pergi bersama orang lain. Kenalkan teman Anda beserta hubungannya. Misalnya, "kenalkan ini Adam, kakak saya" atau "kenalkan ini Dina, teman kantor saya". Hal kecil tersebut membuat teman atau partner kita merasa dihargai karena diakui keberadaannya. Selain itu membuka pertemanan baru adalah hal yang baik.

8. Sibuk dengan telepon
Saat ada pertemuan penting atau beribadah, jangan lupa atur bunyi telepon seluler Anda agar tidak menganggu. Jika tidak terlalu penting sebaiknya jangan angkat telepon masuk saat sedang dalam pertemuan penting. Minta izin terlebih dahulu lalu tinggalkan ruangan jika memang harus mengangkat telepon.

Begitu juga dengan nada bicara, usahakan untuk tidak berbicara dengan suara keras saat Anda berada di tempat umum seperti mal, kantor, atau sekolah. Kehadiran ponsel pintar membuat banyak orang kini terbagi perhatiannya pada kegiatan yang sedang dilakukan. Saat sedang beribadah sebaiknya simpan rapat-rapat ponsel Anda di tas. Jangan pula membuat teman atau orang tua Anda kesal dengan terus memainkan ponsel saat berbicara dengan mereka. 

9. Menyapa
Saat bertemu tetangga, berikan sapaan yang ramah. Jangan berlaku pura-pura tidak melihat ketika berpapasan dengan orang yang Anda kenal. Bangun hubungan baik hanya dengan teguran yang sederhana. Anda tidak pernah tahu kapan akan membutuhkan orang tersebut. Karena itu tak ada salahnya bangun hubungan baik dengan tindakan-tindakan yang kecil namun berarti.

Yah itulah 9 etika yang seringkali kita anggap sepele yang sudah banyak dilupakan masyarakat Indonesia. Tanya kenapa? Yah entahlah, mungkin itu karena masyarakat Indonesia terkadang suka meremehkan hal-hal kecil (sepele) seperti itu. Bagaimana dengan Anda sendiri? Dari 9 etika yang telah diuraikan diatas, berapakah yang seringkali Anda lakukan?

Oke, sekian dulu tulisan kali ini ^^ terimakasih atas perhatiannya ^^
Sumber : yahoo

Teori Etika Bisnis (Tugas Softskill)

Senin, 07 November 2011
TEORI ETIKA BISNIS

Dalam kehidupan bermasyarakat kita semua hidup berdasarkan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Dalam lingkungan masyarakat pula kita sering mendengar istilah kata ‘etis’ dan ‘tidak etis’. Baik istilah kata ‘etis’ maupun ‘tidak etis’ keduanya digunakan oleh manusia untuk menggambarkan dan menilai suatu bentuk perilaku yang dianggap ‘baik atau buruk’ dan ‘pantas atau tidak pantas’. Penilaian manusia terhadap suatu tingkah laku berupa ‘etis’ atau ‘tidak etis’ ini berdasarkan atau bersumber pada hati nurani manusia itu sendiri dan ditambah dengan adanya nilai-nilai lain yang berkembang di lingkungan tersebut, seperti nilai-nilai adat.
Pengertian etika mempunyai dua makna, yang pertama yaitu, pengertian etika yang berasal dari Yunani Ethos (jamak –taetha), yang berarti adat istiadat. Pengertian etika ini berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, baik pada diri seseorang maupun suatu masyarakat, berkaitan dengan nilai-nilai, tata cara hidup yang baik, aturan hidup yang baik, dan segala kebiasaan yang dianut dan diwariskan dari satu orang ke orang yang lain atau dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Pengertian etika yang pertama ini identik dengan pengertian moralitas. Kata Moralitas itu sendiri berasal dari kata Latin Mos (jamak –mores) juga berarti adat istiadat atau kebiasaan. Jadi, secara harfiah etika dan moralitas mempunyai arti yang sama sebagai sistem nilai tentang bagaimana manusia harus hidup baik yang kemudian terwujud dalam pola perilaku yang konstan dan terulang dalam kurun waktu sehingga menjadi kebiasaan.
Sedangkan pengertian etika yang kedua berbeda dengan moralitas. Etika dalam pengertian kedua ini dipahami sebagai filsafat moral atau ilmu yang menekankan pada pendekatan kritis dalam melihat dan memahami nilai moral serta permasalahan-permasalahan moral yang timbul dalam kehidupan bermasyarakat. Pengertian etika yang kedua ini berbeda dengan yang pertama karena tidak berisikan nilai dan norma-norma kongkret yang menjadi pedoman hidup manusia.
Contoh dari etika adalah jika seseorang yang bertamu ke rumah orang lain, harus mengetuk pintu dulu sebelum masuk atau memberi salam. Dianggap melanggar etika jika tamu langsung masuk dan duduk tanpa dipersilahkan terlebih dahulu. Atau langsung masuk rumah dan berkata “Dimana si A?” atau “Saya mencari si A”.
Secara sederhana, etika bisnis adalah cara-cara melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan, industri, dan juga masyarakat. Kesemuanya ini mencakup bagaimana kita menjalankan sebuah bisnis secara adil, sesuai dengan hukum yang berlaku, dan tidak tergantung pada kedudukan individu atau perusahaan di masyarakat.
Berikut adalah contoh etika dalam berbisnis pada PT. Coca Cola Bottling Indonesia.
PT. Coca-Cola Botlling Indonesia dan PT. Coca-Cola Distribution Indonesia (“Perusahaan”), memiliki nilai-nilai yang harus dijalankan bersama-sama. Seluruh nilai tersebut mengutamakan tanggung jawab kita, sebagai Direktur atau karyawan kepada pihak-pihak yang memiliki kepentingan atas Perusahaan dan terhadap orang lain. Dimanapun kita bekerja, kejujuran, integritas, kepercayaan, rasa saling menghargai dan kerjasama selalu menjadi dasar terciptanya dan terjaganya reputasi bisnis yang sehat.
Melalui perilaku kita di tempat kerja, kita menunjukkan komitmen kita pada semua nilai-nilai dan penerimaan atas semua tanggung jawab yang kita miliki.
Etika Bisnis, yang berlaku pada setiap orang yang bekerja di Perusahaan, baik itu anggota Dewan Direksi, karyawan atau kontraktor perseorangan, menetapkan perilaku yang diharapkan dari masing-masing orang di Perusahaan.
Etika Bisnis terbagi atas tiga bagian: - Nilai yang mendasari cara/proses bekerja di Perusahaan - Standar yang mengarahkan cara kita dalam berperilaku -Tanggung jawab yang menjelaskan apa yang diharapkan dari diri kita.
Sementara lingkungan bisnis kita berubah, penting bagi kita untuk tetap mempertahankan komitmen kita terhadap asas-asas yang terdapat dalam Etika Bisnis ini.

Teori tentang etika ada bermacam-macam diantaranya adalah teori etika teleologi dan deontologi. Etika teleologi, berasal dari kata Yunani Telos yang berarti tujuan, sasaran, akibat dan hasil, dan Logos yang berarti perkataan. Menurut teori ini, suatu tindakan dikatakan baik jika tujuannya baik dan membawa akibat yang baik dan berguna.
Etika teleologi juga dapat mengukur baik dan buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dengan tindakan itu atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh tindakan itu. Artinya, teleologi bisa diartikan sebagai pertimbangan moral akan baik buruknya suatu tindakan yang dilakukan. Teleologi mengerti benar mana yang benar, dan mana yang salah, tetapi itu bukan ukuran yang terakhir. Yang lebih penting adalah tujuan dan akibat. Walaupun sebuah tindakan dinilai salah menurut hukum, tetapi jika itu bertujuan dan berakibat baik, maka tindakan itu dinilai baik. Namun dengan demikian, tujuan yang baik tetap harus diikuti dengan tindakan yang benar menurut hukum, dan bukan sekedar mengikuti tradisi, norma atau perintah tertentu.
Contohnya adalah kalau seseorang mencuri uang dari orang kaya dan memberikannya kepada yang miskin atau yang membutuhkan. Hal itu dianggap baik karena meskipun mencuri dinilai sebagai perbuatan yang salah menurut hukum, tetapi tujuannya dianggap baik karena uangnya itu diberikan kepada orang miskin atau orang yang membutuhkan.
Sedangkan etika deontologi, berasal dari kata Yunani Deon yang berarti kewajiban dan Logos yang berarti perkataan. Etika deontologi menekankan kewajiban manusia untuk bertindak secara baik. Menurut teori ini, tindakan dikatakan baik bukan karena tindakan itu mendatangkan akibat baik atau memiliki tujuan baik, melainkan berdasarkan tindakan itu sendiri adalah baik untuk dirinya sendiri. Melakukan perbuatan baik adalah suatu keharusan, orang sering menyebutnya sebagai suatu kewajiban. Contohnya adalah manusia beribadah kepada Tuhan karena sudah merupakan kewajiban manusia untuk beribadah kepada Tuhannya, bukan karena perbuatan tersebut akan mendatangkan pahala. 

Resensi (Tulisan Softskill)

Jumat, 03 Juni 2011
Nama : Jesika
NPM : 10208679
Kelas : 3EA10

RESENSI

A.    PENDAHULUAN
Hakikat Resensi
 Dunia perbukuan di tanah air semakin marak pada tahun-tahun terakhir. Para penulis, baik yang sudah profesional maupun pemula, berlomba-lomba untuk mengirimkan tulisannya ke penerbit. Beberapa penerbit pun tidak segan-segan untuk mengumumkan secara terbuka akan kebutuhannya terhadap naskah. Perkembangan aktivitas perbukuan pun dibarengi dengan perkembangan media massa.
Media massa berani memberikan ruang untuk para pembaca yang ingin menuangkan gagasan, pikiran, atau perasaan. Hal ini dibuktikan dengan adanya kolom surat pembaca, artikel, dan opini untuk edisi harian. Sedangkan tiap minggu tersedia kolom cerpen, humor, dan resensi. Hal ini tentunya merupakan pertanda budaya menulis di Indonesia mulai tumbuh dan berkembang.
Akan tetapi, perkembangan budaya menulis di tanah air belum sepenuhnya dibarengi dengan budaya membaca. Sebagian besar masyarakat Indonesia belum mengetahui dan memahami pentingnya membaca. Hal ini seolah menjadi dua sisi mata uang. Namun, dari sudut pandang lain akan menjadi sebuah simbiosis mutualisme antara budaya menulis dengan budaya membaca.
Mengapa bisa dikatakan seperti itu? Dunia perbukuan yang ramai memberi peluang banyaknya buku yang diterbitkan dengan tema serupa. Hal tersebut akan mengakibatkan masyarakat pembaca kebingungan untuk membeli dan membaca buku-buku tersebut. Di sinilah letak hubungan yang saling menguntungkan tersebut. Para penulis yang peduli dengan keadaan ini berusaha untuk memecahkan masalah tersebut dengan menyusun resensi. Bentuk tulisan resensi akan sangat membantu para pembaca yang kebingungan ingin memilih, membeli, atau sekedar membaca buku-buku yang terbit tersebut.
B.    PEMBAHASAN
Pada dasarnya, keterampilan menulis resensi tidak datang secara otomatis, melainkan harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur. Selain itu, menulis resensi merupakan suatu proses perkembangan. Seperti halnya, dengan kegiatan menulis pada umumnya, menulis resensi menuntut pengalaman, waktu, kesempatan, latihan, dan keterampilan- keterampilan khusus, serta pengajaran langsung menjadi seorang peresensi.
Menulis resensi merupakan proses menuangkan atau memaparkan nilai sebuah hasil karya atau buku berdasarkan tataan tertentu. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan informasi dan pertimbangan baik-buruknya, cermat-cerobohnya, benar-salahnya, kuat-lemahnya, dan manfaat-mubazirnya suatu topik buku (Saryono, 1997:54).
Dalam menulis resensi, peresensi perlu memperhatikan pola tulisan resensi. Ada tiga pola tulisan resensi buku, yaitu meringkas, menjabarkan, dan mengulas. Meringkas (sinopsis) berarti menyajikan semua persoalan buku secara padat dan jelas. Menjabarkan berarti mendeskripsikan hal-hal menonjol dari sinopsis yang sudah dilakukan. Bila perlu bagian-bagian yang mendukung uraian dikutip.
Mengulas berarti menyajikan ulasan sebagai berikut:
1.     Isi pernyataan atau materi buku sudah dipadatkan dan dijabarkan kemudian diinterpretasikan,
2.     Organisasi atau kerangka buku,
3.     Bahasa,
4.     Kesalahan cetak,
5.     Komparasi dengan buku-buku sejenis, baik karya pengarang sendiri maupun pengarang lain, dan
6.     Menilai, mencakup kesan peresensi terhadap buku terutama keunggulan dan kelemahan buku (Samad, 1997:5—6).


C.   ISI
PENGERTIAN RESENSI
Resensi berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata kerja revidere atau recensere yang artinya melihat kembali, menimbang atau menilai. Arti yang sama untuk istilah tersebut dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah review, sedangkan dalam bahasa Belanda dikenal dengan istilah recensie. Tiga istilah tersebut mengacu pada hal yang sama, yakni mengulas sebuah buku.
Merujuk pada pengertian secara istilah tersebut, WJS. Poerwadarminta (dalam Romli, 2003:75) mendefinisikan resensi secara bahasa sebagai pertimbangan atau perbincangan tentang sebuah buku yang menilai kelebihan atau kekurangan buku tersebut, menarik-tidaknya tema dan isi buku, kritikan, dan memberi dorongan kepada khalayak tentang perlu tidaknya buku tersebut dibaca dan dimiliki atau dibeli. Perbincangan buku tersebut dimuat di surat kabar atau majalah. Pendapat ini diperkuat oleh Samad (1997:1) yang menyatakan bahwa tindakan meresensi buku dapat berarti memberikan penilaian, mengungkap kembali isi buku,
membahas, atau mengritik buku.
Pendapat yang berbeda diungkapkan oleh Saryono (1997:56) mengenai definisi resensi, yaitu sebuah tulisan berupa esai dan bukan merupakan bagian suatu ulasan yang lebih besar mengenai sebuah buku. Isinya adalah laporan, ulasan, dan pertimbangan baik-buruknya, kuat-lemahnya, bermanfaat-tidaknya , benar-salahnya, argumentatif- tidaknya buku tersebut. Tulisan tersebut didukung dengan ilustrasi buku yang diresensi, baik berupa foto buku atau foto copi sampul buku.
Dari beberapa pendapat di atas mengenai definisi resensi, dapat disimpulkan bahwa resensi adalah suatu karangan atau tulisan yang mencakup judul resensi, identitas buku, pembukaan dengan memaparkan kepengarangan, tema, golongan buku, isi atau tubuh resensi yang memaparkan ikhtisar, ulasan serta kutipan, dan kelemahan juga kelebihan buku, dan penutup kepada khalayak tentang perlu tidaknya buku tersebut dibaca, dimiliki, atau dibeli.
Sebagaimana menulis jenis karangan lainnya, menulis resensi juga memiliki tujuan. Gorys Keraf mengemukakan tujuan menulis resensi sebagai berikut: ”…menyampaikan kepada pembaca apakah sebuah buku atau hasil karya sastra patut mendapat sambutan dari masyarakat atau tidak?” (Keraf, 2001 : 274). Lebih jauh Daniel Samad (1997 : 2) mengemukakan tujuan penulisan resensi yang meliputi lima tujuan antara lain:
a) Memberikan informasi atau pemahaman yang komprehensif tentang apa yang tampak dan terungkap dalam sebuah buku.
b) Mengajak pembaca untuk memikirkan, merenungkan, dan mendiskusikan lebih jauh fenomena atau problema yang muncul dalam sebuah buku.
c) Memberikan pertimbangan kepada pembaca apakah sebuah buku pantas mendapat sambutan dari masyarakat atau tidak.
d) Menjawab pertanyaan yang timbul jika seseorang melihat buku yang baru terbit seperti: siapa pengarangnya, mengapa ia menulis buku itu, bagaimana hubungannya dengan buku-buku sejenis karya pengarang yang sama, dan bagaimana hubungannya dengan buku sejenis karya pengarang lain?
Menulis sebuah resensi tidaklah mudah. Untuk melakukan kegiatan ini diperlukan beberapa persyaratan seorang penulis. Menurut Brotowojoyo (1985, 125), ada tiga syarat utama seorang penulis agar mampu menulis resensi antara lain:
a) Penulis harus memiliki pengetahuan dalam bidangnya. Artinya, jika seorang penulis akan meresensi sebuah buku novel, maka ia harus memiliki pengetahuan tentang teori novel dan perkembangannya. Hal ini diperlukan agar penulis dapat memberikan perbandingan terhadap karya lain yang sejenis. Kepekaan analisis juga sangat dipengaruhi unsur tersebut.
b) Penulis harus memiliki kemampuan analisis. Sebuah buku novel terdiri atas unsur internal dan eksternal. Seorang penulis resensi harus mampu menggali unsur-unsur tersebut. Unsur tersebut dianalisis untuk dinilai kelayakannya. Kemampuan analisis ini akan mengantarkan penulis kepada kemampuan menilai apakah sebuah buku layak dibaca masyarakat atau tidak.
c) Seorang penulis juga dituntut memiliki pengetahuan dalam acuan yang sebanding. Artinya, penulis akan membandingkan sebuah karya dengan karya lain yang sejenis. Dengan demikian ia akan mampu menemukan kelemahan dan kekurangan sebuah karya.
Sistematika Resensi
Sistematika resensi atau bagian-bagian resensi dikenal juga dengan istilah unsur resensi. Unsur yang membangun sebuah resensi menurut Samad (1997 : 7-8) adalah sebagai berikut: (1) judul resensi; (2) data buku; (3) pembukaan; (4) tubuh resensi; dan (5) penutup. Penjelasan tentang bagian-bagian tersebut penulis kemukakan berikut ini.
a) Judul Resensi
Judul resensi harus menggambarkan isi resensi. Penulisan judul resensi harus jelas, singkat, dan tidak menimbulkan kesalahan penafsiran. Judul resensi juga harus menarik sehingga menimbulkan minat membaca bagi calon pembaca. Sebab awal keinginan membaca seseorang didahului dengan melihat judul tulisan. Jika judulnya menarik maka orang akan membaca tulisannya. Sebaliknya, jika judul tidak menarik maka tidak akan dibaca. Namun perlu diingat bahwa judul yang menarik pun harus sesuai dengan isinya. Artinya, jangan sampai hanya menulis judulnya saja yang menarik, sedangkan isi tulisannya tidak sesuai, maka tentu saja hal ini akan mengecewakan pembaca.
b) Data Buku
Secara umum ada dua cara penulisan data buku yang biasa ditemukan dalam penulisan resensi di media cetak antara lain:
a. Judul buku, pengarang (editor, penyunting, penerjemah, atau kata pengantar), penerbit, tahun terbit, tebal buku, dan harga buku.
b. Pengarang (editor, penyunting, penerjemah, atau kata pengantar, penerbit, tahun terbit, tebal buku, dan harga buku.
c) Pendahuluan
Bagian pendahuluan dapat dimulai dengan memaparkan tentang pengarang buku, seperti namanya, atau prestasinya. Ada juga resensi novel yang pada bagian pendahuluan ini memperkenalkan secara garis besar apa isi buku novel tersebut. Dapat pula diberikan berupa sinopsis novel tersebut.
d) Tubuh Resensi
Pada bagian tubuh resensi ini penulis resensi (peresensi) boleh mengawali dengan sinopsis novel. Biasanya yang dikemukakan pokok isi novel secara ringkas. Tujuan penulisan sinopsis pada bagian ini adalah untuk memberi gambaran secara global tentang apa yang ingin disampaikan dalam tubuh resensi. Jika sinopsisnya telah diperkenalkan peresensi selanjutnya mengemukakan kelebihan dan kekurangan isi novel tersebut ditinjau dari berbagai sudut pandang—tergantung kepada kepekaan peresensi.
e) Penutup
Bagian akhir resensi biasanya diakhiri dengan sasaran yang dituju oleh buku itu. Kemudian diberikan penjelasan juga apakah memang buku itu cocok dibaca oleh sasaran yang ingin dituju oleh pengarang atau tidak. Berikan pula alasan-alasan yang logis.
Bagaimana Meresensi Buku Novel?
Untuk meresensi novel terlebih dahulu kita harus memahami unsur-unsur pembangun novel. Unsur pembangun novel tersebut antara lain sebagai berikut: latar, perwatakan, cerita, alur, dan tema. Latar biasanya mencakup lingkungan geografis, dimana cerita tersebut berlangsung. Latar juga dapat dikaitkan dengan segi sosial, sejarah, bahkan lingkungan politik dan waktu. Perwatakan artinya gambaran perilaku tokoh yang terdapat dalam novel. Pembaca harus dapat menafsirkan perwatakan seorang tokoh. Cara penggambaran watak ini biasanya bermacam-macam. Ada penggambaran watak secara deskriptif dan ada pula secara ilustratif. Cerita novel bisa meliputi peristiwa secara fisik—seperti perampokan, pembunuhan, dan kematian mendadak, namun juga peristiwa kejiwaan yang biasanya berupa konflik batiniah pelaku. Alur berkenaan dengan kronologis peristiwa yang disampaikan pengarang. Sedangkan tema merupakan kesimpulan dari seluruh analisis fakta-fakta dalam cerita yang sudah dicerna.
Sebelum menulis resensi perlu memahami terlebih dahulu langkah-langkah yang harus ditempuh. Berkenaan dengan itu Samad (1997 : 6-7) memberikan langkah-langkah tersebut sebagai berikut:
a) Penjajakan atau pengelanaan terhadap buku yang akan diresensi;
b) Membaca buku yang akan diresensi secara konprehensif, cermat, dan teliti.
c) Menandai bagian-bagian buku yang diperhatikan secara khusus dan menentukan bagian-bagian yang dikutif untuk dijadikan data;
d) Membuat sinopsis atau intisari dari buku yang akan diresensi;
e) Menentukan sikap dan menilai hal-hal yang berkenaan dengan organisasi penulisan, bobot ide, aspek bahasanya, dan aspek teknisnya;
Mengoreksi dan merevisi hasil resensi atas dasar kriteria yang kita tentukan sebelumnya. Berbagai buku paket mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia juga menganjurkan langkah-langkah menulis resensi novel. Buku Berbahasa dan Sastra Indonesia yang ditulis Syamsudin (2004 : 81) menyarankan langkah-langkah menulis resensi novel sebagai berikut:
a) Tuliskan identitas buku pada awal tulisan;
b) Kemukakan sinopsis atau ringkasan novel tersebut;
c) Kemukakan pembahasan novel tersebut dilihat dari unsur-unsur pembentuknya. Tunjukkan kelebihan dan kekurangan novel tersebut disertai bukti berupa kutipan-kutipan;
d) Bagian akhir diisi dengan simpulan, apakah novel itu cukup baik untuk dibaca serta siapa yang layak membaca novel tersebut.
Pendapat yang lebih ringkas tentang langkah menulis resensi novel dikemukakan dalam buku paket lain yang ditulis Permadi (2005 : 233) sebagai berikut:
a) Pilihlah novel yang baru diterbitkan, biasanya 3 tahun terakhir;
b) Kemukakan identitas buku novel secara singkat berkenaan dengan pengarang, tahun terbit, dan jumlah halaman, serta katalog;
c) Kemukakan garis besar novel secara ringkat, kelebihan dan kekurangannya.
Pendapat lain tentang langkah menulis resensi dikemukakan oleh Raharjo (2004 : 54) sebagai berikut:
a) Membaca contoh-contoh resensi;
b) Menentukan buku yang akan diresensi;
c) Membaca buku yang akan diresensi secara teliti;
d) Mencatat hal-hal yang menarik dan yang tidak menarik dari buku yang akan diresensi;
e) Berlatih menyusun resensi.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas penulis melihat banyak persamaan tentang langkah-langkah penulisan resensi. Jika semua pendapat tersebut digabungkan maka secara garis besar langkah menulis resensi terbagi atas tiga tahapan. Tahapan menulis resensi adalah sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan meliputi: (a) Membaca contoh-contoh resensi; dan (b) Menentukan buku yang akan diresensi.
2. Tahap Pengumpulan data: (a) Membaca buku yang akan diresensi; (b) Menandai bagian-bagian yang akan dijadikan kutipan sebagai data; (c) Menuliskan data-data penulisan resensi.
3. Tahap penulisan meliputi: (a) Menuliskan identisa buku; (b) Mengemukakan sinopsis novel; (c) Mengemukakan kelebihan dan kekurang-an buku novel; (d) Mengemukakan sasaran pembaca; dan (e) Mengoreksi dan memperbaiki resensi berdasarkan susunan kalimatnya, kohesi dan koherensi karangan, diksi, ejaan dan tanda bacanya.
CONTOH RESENSI DORAMA JIN

Judul : Jin
Penulis (manga) : Murakami Motoka
Produser : Ishimaru Akihiko, Tsuru Masaaki
Direktor : Hirakawa Yuichiro (episode 1, 2, 5, 7, 10, 11), Yamamuro Daisuke (episode 3, 6, 9), 
                 Kawashima Ryutaro (episode 4, 8)
Musik : Takami Yu, Nagaoka Seiki
Jenis Film : Drama, Sci-fi, Kedokteran
Pemain : Osawa Takao (Minakata Jin)
               Ayase Haruka (Tachibana Saki)
               Koide Keisuke (Tachibana Kyotaro)
               Nakatani Miki (Tomonaga Miki/Nokaze)
               Takeda Tetsuya (Okada Koan)
               Uchino Masaaki (Sakamoto Ryoma)

Dorama adalah sebutan bagi drama di Jepang atau yang sering kita sebut dengan serial televisi. Seringkali drama-drama di Jepang diangkat dari manga (komik), namun cerita kali ini sedikit berbeda dari seri drama-drama pada umunya yang mengangkat tentang cerita percintaan. Drama ini mengangkat cerita tentang seorang dokter ahli bedah otak pada abad 21, Minakata Jin yang terjebak di zaman Edo (sebutan Tokyo pada zaman dulu) dan berusaha untuk kembali ke zamannya. Dan terbukti bahwa Murakami Motoka berhasil membuat penonton penasaran dengan dibuatnya season kedua dari drama ini.
Drama ini berkisah tentang, Minakata Jin, seorang dokter ahli bedah yang terkenal pada abad 21 dengan kehebatannya dalam mengoperasi, namun selama 2 tahun belakangan ia tidak selalu menolak untuk melakukan operasi. Hal itu dikarenakan 2 tahun yang lalu, ia melakukan kesalahan operasi yang mengakibatkan tunangannya,  Tomonaga Miki mengalami koma. Tetapi, pada suatu hari ia diharuskan untuk melakukan operasi tumor pada pasien yang tidak diketahui identitasnya karena kondisi pasien yang sudah parah.  Dan pada saat tumor itu diambil, tumor itu menyerupai embrio yang kemudian diformalinkan oleh Jin.
Pada malam harinya, pasien tersebut berusaha untuk mengambil tumor tersebut dan beberapa alat-alat medis, namun Jin melihatnya dan berusaha mengejarnya. Ketika Jin berusaha mengambil tumor dan alat-alat medis itu, ia terjatuh dari lantai atas rumah sakit. Dan ketika ia terbangun, ia sudah berada di zaman Edo dan langsung terlibat dalam pertarungan samurai. Ketika Jin ingin diserang oleh salah seorang samurai, ia ditolong oleh seorang samurai bernama Kyotaro. Karena berusaha menyelamatkan Jin, Kyotaro menderita luka yang cukup serius di kepalanya. Tetapi, Jin berhasil menyelamatkannya dengan melakukan operasi meskipun dengan keterbatasan alat-alat medis yang ada. Melihat hal itu, Saki, adik Kyotaro mulai tertarik dengan Jin dan menjadi asistennya.
Kemampuannya sebagai dokter bedah otak kembali diuji ketika ia harus kembali melakukan operasi pada seorang ibu yang kepalanya terluka karena terinjak kuda akibat melindungi anaknya. Meskipun awalnya ia ragu melakukan operasi tersebut dikarenakan Butterfly Effect, yaitu semua hal yang berhubungan, jika orang yang seharusnya meninggal di masa lalu, menjadi hidup, maka masa depan akan berubah. Namun ia bertekad untuk menyelamatkannya karena tugas dokter adalah menyelematkan pasien. Dan karena hal itu namanya menjadi dikenal di masyarakat pada zaman itu.
Berkali-kali kemampuan dan tekad Jin diuji oleh berbagai penyakit yang cukup mematikan yang muncul seperti kolera dan syphilis (raja singa), namun ia tetap berusaha keras untuk menyembuhkannya. Ia pun sempat tertular kolera ketika berusaha menyelamatkan pasien-pasiennya. Dan bertemu dengan wanita yang mirip dengan Tomonaga Miki, yaitu Nokaze, wanita penghibur di Yoshiwara yang ia yakini sebagai nenek moyang Miki, ketika berusaha mengobati penyakit syphilis.
Menurut saya drama ini patut untuk ditonton karena memberikan kesan yang berbeda dibandingkan serial drama-drama yang lain yang hanya menceritakan tentang konflik percintaan. Dan drama ini cukup unik dengan idenya yang membuat tokoh utamanya harus terjebak dalam masa lalu dan harus berjuang menyelamatkan orang-orang dengan peralatan medis yang sangat minim. Saya juga salut dengan Murakami Motoka, Ishimaru Akihiko, dan Tsuru Masaaki karena telah dapat memperlihatkan dengan detail pengetahuan tentang kedokteran seperti penyakit dan operasi. Oleh karena itu, bagi yang takut dengan darah atau semacamnya tidak disarankan untuk melihatnya karena akan ada adegan ketika Jin melakukan operasi bedah otak yang akan diperlihatkan bagaimana ia membedah otak tanpa bantuan teknologi canggih yah bisa dibayangkan kan, dan sejujurnya saya juga cukup ngilu melihatnya. Tetapi secara keseluruhan, drama ini memang patut untuk ditonton karena banyak pesan yang terkandung didalamnya.

D.   PENUTUP
Resensi berasal dari kata resensie (bahasa Belanda). Kata resensie berasal dari kata recensere (bahasa Latin), yang memiliki arti memberi penilaian. Resensi dapat pula berasal dari kata review (bahasa Inggris), yang memiliki arti lebih luas, yaitu mengupas isi buku, seni lukis, pertunjukan, musik, film, drama, dan sebagainya.
Resensi dibuat oleh seorang resensator. Resensi dibuat untuk memberi penilaian atas suatu buku, film, atau karya seni yang lain untuk memberitahu orang lain apakah hal yang diresensi tersebut layak atau tidak untuk dibaca, ditonton, atau didengar, dll.
Resensi bersifat informatif, tidak berisi suatu kritikan yang mendalam atau penilaian tentang bermutu atau tidaknya suatu karya cipta tertentu. Meskipun bersifat informatif resensi juga bukan iklan tentang buku baru.           






 
© METODE RISET | Designed by Blogger Templates.